Senin, 07 November 2011

RESENSI FILM (ALANGKAH LUCUNYA NEGERI INI)


Film Alangkah Lucunya Negeri Ini sarat dengan pesan moral. Deddy Mizwar menggarap film penuh kritik tentang keadaan di Indonesia ini dengan cara segar, humor yang tak terkesan berlebihan. Namun lebih dengan cara kritik yang biasa terlontar dalam percakapan masyarakat kebanyakan dalam dialog sehari-hari. Melalui rangkaian dialog-dialog cerdas yang ringan film Alangkah Lucunya Negeri Ini menyindir tentang pengangguran, korupsi, dan kemiskinan yang masih belum bisa diselesaikan oleh negeri ini. Tapi secara keseluruhan film ini lebih banyak memfokuskan cerita pada pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang belum merata, yang belum menyentuh anak-anak miskin, anak-anak jalanan.
Judul Film : Alangkah Lucunya (Negeri Ini)
Sutradara : Deddy Mizwar
Pemain :
  • Reza Rahadian sebagai Muluk
  • Deddy Mizwar sebagai Makbul (ayah Muluk)
  •  Slamet Raharjo sebagai Haji Rahmat
  •  Jaja Miharja sebagai Haji Sarbini
  • Ratu Tika Bravani sebagai Pipit
  • Asrul Dahlan sebagai Syamsul
  • Tio Pakusadewo sebagai jarot
  • Angga sebagai komet

Durasi : 115 Menit
Genre : Drama, Komedi
Kisah dimulai dengan kehidupan Muluk yang sudah dua tahun lulus dari bangku kuliah, tapi selama itu, masih saja menganggur. Padahal ia ingin sekali punya pekerjaan yang bisa ia banggakan pada sang ayah.

Suatu hari, Muluk tanpa sengaja memergoki anak jalanan yang sedang mencopet. Muluk pun berkenalan dengan pencopet cilik itu, Komet namanya. Berawal dari perkenalan dengan Komet, Muluk akhirnya tahu bahwa masih banyak anak-anak sebaya Komet yang berprofesi sebagai pencopet. Tak cuma berkenalan dengan pencopet-pencopet cilik, Muluk juga berkenalan dengan Jarot, bos para anak-anak jalanan pencopet ini. Selama ini Jarot mengorganisir anak-anak jalanan pencopet ini dengan rapi, bahkan ia membaginya dalam 3 kelompok, pencopet angkot, pencopet mall dan pencopet pasar.

Melihat kehidupan lain anak-anak jalanan, muncul ide di kepala Muluk. Ia menawarkan diri pada Jarot untuk mengelola keuangan para pencopet cilik ini dan mendidik mereka. Untuk itu, Muluk meminta imbalan 10% dari hasil mencopet.

Kedekatan Muluk dengan para pencopet cilik ini, lama-lama membuat hati Muluk tergerak untuk mengubah nasib anak-anak jalanan ini. Ia pun mengajak dua temannya, Syamsul sebgai guru membaca dan Pipit sebagai guru ngaji untuk bersama-sama mendidik para anak-anak jalanan dan mengubah pola pikirnya agar tak lagi jadi pencopet.
Muluk, dan Pipit berbohong dengan orangtua masing-masing tentang pekerjaan yang mereka lakukan, mereka berpikir itu pekerjaan haram. Setelah berangsur hari mereka menganggap pekerjaan itu pekerjaan yang mulia, bukankah ilmu manajemen memang diperuntukan memperbaiki keadaan, ilmu pendidikan untuk memanusiakan manusia dan ilmu agama islam untuk membimbing ke jalan yang benar.
Akhirnya, permasalahan tiba. Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja untuk para pencopet dan yang lebih menyakitkan hati mereka, bahwa makanan yang selama ini mereka makan berasal dari uang hasil copet
Pertentangan batin yang hebat segera terjadi di hati mereka yang juga mempengaruhi Muluk, Pipit, dan Samsul. Hal ini menyebabkan ketiganya berhenti mengajar anak-anak tersebut.
Suatu ketika saat Muluk sedang belajar menyetir Muluk bertemu Komet dan teman-temannya yang sedang menjadi pedagang asongan, Mulukpun bangga kepada Komet yang awalnya menjadi pencopet kemudian menjadi pedagang asongan, sayangnya saat itu datanglah Satpol PP yang mengejar-ngejar pedagang asongan dan tertangkaplah Muluk sebagai jaminan pedagang asongan Komet dan kawannya.

Film yang dikemas oleh Dedy Mizwar ini sangat menghibur dan memiliki pesan moral yang baik bagi penonton, film yang dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya di negeri kita ini. Film ini dapat menyentuh hati para penonton dan juga menjadi motivasi serta pelajaran yang baik dalam menghadapi kehidupan yang semakin susah. Sayangnya, pada akhir cerita sepertinya tidak ada penyelesaian masalah yang terjadi di dalam film ini. Karena, tidak semua pencopet cilik menjadi penjual asongan dan Muluk juga belum mendapat pekerjaan, malahan tertangkap oleh Satpol PP. mungkin ini memang sudah sesuai dengan judul “Alangkah Lucunya (Negeri Ini)".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar